Posted by Author : Hang Davinos
Thursday, 21 September 2017
Pesan Merpati : YangKamu
Ketika musim
hujan pada ulang tahunnya yang ke tujuh belas, joejoe davino mendapatkan hadiah
spesial dan mengetahui dengan seyakin yakinnya bahwa orang yang memberinya
hadiah itu tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.
Pada bulan itu, jasmin clara nolanka
putri bungsu dari pamannya jaenot obelix yang berusia 20 tahun diam diam pergi
bersama teman temannya ke sebuah gedung pementasan seni di kota, dia terlihat
malu malu memberikan sebuah coklat pada seorang pemain musik yang telah ia kenal
cukup lama.
Ketika vino melihat itu semua, dia
langsung pergi dengan sebuah percikan di dalam dadanya dan bekata “ bodoh apa
yang ku pikirkan “ lalu mulai menghindarinya, dia jarang berkumpul bersama di
rumah ataupun menghindar jika sedang berkumpul. Dia terus berusaha terlihat
sibuk dan pulang larut malam.
Nenek vino dan
juga nenek jasmin, kharima, selalu mengawasi cucu cucu nya, sementara vino
memohon kepada neneknya agar diizinkan untuk pekerja paruh waktu membantu
menjadi operator warnet. Namun, vino malah di beri tugas mengantar jemput kaka
sepupunya Jasmin.
Akhirnya, pada minggu sore terburuk
di kotanya, saat angin kencang menghantam apa saja yang menghalanginya,
diiringi gemuruh menyeramkan, dan hujan lebat yang menghantam atap rumah
bagaikan di lempari batu, vino mengatakan “ inilah waktunya “
“ kenapa tiba tiba kau mengatakan
ini ? “ sahut nenek nya “ tapi kalau itu keinginan mu aku akan mengizinkanya.”
Vino mengangguk tegas. “ kalau
begitu, aku akan memberisi barang barang ku sekarang.” Vino beranjak dari
tempat duduknya dan tersenyum sedikit kepada neneknya.
Vino terdiam sejenak karena merasa
ada yang sangat jangkal dalam dadanya ketika melihat barang barangnya telah ia
kemas sedemikian rupa dan juga sebuah sangkar berisi seekor jantan merpati
putih.
Hujan berangin mengguncang mobil
sedan yang di tupangi vino malam itu, dan nyaris terpelanting keluar jalur,
tapi deva teman vino berusaha mengendalikan sedan agar dapat stabil kembali dan
berjalan lancar.
Deva memarkirkan sedan, lalu
bertanya pada vino “ kau yakin harus
melakukan ini? “
Vino menatap nanar melihat langit
kelam yang menegerikan “ ini cukup sulit, setidaknya aku harus mencoba.” Vino menoleh
kepada deva dan deva kembali menjalankan sedan.
Deva mengawasi vino yang terlihat
sangat buruk, matanya sembab, rambutnya acak acakan, mimik wajahnya tak dapat
di artikan jelas. Vino kembali menatap burung merpatinya yang ia bawa dan di
taruh di jok belakang.
Saat itulah air matanya meluncur.
Dengan suara ter-engah yang membuat
dada terasa sesak, vino kembali menatap nanar langit dan tampak terasa semakin
buram dan tak jelas.
Setelah itu deva kembali
memberhentikan mobilnya dan lalu membangunkan vino yang terlihat tidur pulas
dengan air mata yang mengering di pipinya yang
merah.
Kemudian, pintu mobil terbuka,
mereka berdua berjalan menuju sebuah gerobak makanan, vino memandangi gerobak
makanan itu dan melihat sebuah Tulisan basko mie ayam.
“ayo kita pulang “ sahut vino “ ini
adalah makanan favorite kami, ini hanya akan memperburuk keadaan.”
***
Sesampainya di
kos-kosan mereka, vino dan deva di haruskan untuk lapor kepada pemilik
kos-kosan jika mereka sudah sampai, tapi
diam-diam pemilik kos-kosan bangun dan telah menunggu di teras rumah
mereka.
Agus dan farah sang pemilik
kos-kosan itu berdiri dan menyapa mereka berdua, dengan ramah mempersilahkan
duduk dan mencicipi beberapa cemilan nun manis.” Silahkan.” Sahut agus “ sampai
juga kalian di sini, anggaplah rumah ini sebagai rumah kalian, jaga dan hormati
ia, dan jangan sungkan bicara pada kami jika kalian memiliki masalah “
“ ku pikir mereka sudah lelah agus,
lebih baik kita biarkan mereka istirahat.” Lanjut farah lalu meminta vino dan
deva untuk membawa 2 piring cemilan manis untuk di bawa ke kamar mereka.
Malam itu tidur vino tidak nyenyak,
mimpinya di penuhi bayang bayang orang itu, orang itu terus berjalan tanpa
melihat sedikit pun ke belakangnya dan vino hanya melihat punggun ia dengan
dada terasa sesak.
Pagi harinya, vino terus memeggangi
perutnya ada rasa sakit di perutnya yang amad menyiksanya, lalu tak lama
berteriak ketika deva keluar dari kamar mandi,” ayo kita pergi keluar
sebentar!”
Deva tak akan mengria kondisi vino
sangat parah jika melihatnya terus memeggangi perutnya dan mengernyitkan
keningnya karena ia tahu vino adalah pria yang sangat tangguh tanpa pernah
mengeluh pada teman temanya.
Vino mendongak, melihat papan
reklame bertuliskan PIZZA, lalu meminta deva untuk menurunkanya di pelataran
restoran berbau italia itu, “ ayo cepat aku sudah kelaparan “ pekik vino.
Untuk beberapa saat tak ada yang
mengheran terjadi.
Lalu, muncul suara gemuruh piring
piring yang saling bergesekan.
Vino menatap nanar sebuah pintu yang
tepat menuju kedapur restoran itu. Kali ini mimik wajahnya menggambarkan
ketidak sabaranya menunggu. Kemudian, vino mengangkat tangannya dan berteriak “
disini mas !” vino mengunyah pizza pizza nya seperti hewan buas yang kelaparan
sedangkan deva terlihat sangat pelan pelan mengunyah miliknya dengan terus
menatap kasian pada sahabatnya dan dia berkata, “ pelan pelan vin, nafas dulu
kek atau menim dulu kek nanti perut mu malah semakin parah” ketusnya.
Sejak saat itu, deva menyadari bahwa
perkiraanya tentang perasaan sahabatnya dengan orang itu amad dalam dan sangat
rapuh. Hatinya memang sangat rapuh, sejak kedua orang tuanya bercerai, meskipun
tinggal di rumah neneknya yang sangat menyayanginya, luka di dalam dadanya tak
akan pernah sembuh.
Deva mau tak mau
bertanya tanya: apa dengan sekarang dapat atau setidaknya menyembuhkan sedikit
luka di hatinya?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Joejoe Davino
Umur : 18
Gol darah : AB
Hobby : Makan
" Baka yaro ! "
Good
ReplyDelete